Selasa, 26 April 2011

Relationship

Ada pandangan bahwa teman itu lebih baik daripada saudara. Tadinya aku ga percaya, tapi sekarang jika ada yang mengatakan itu di depanku, maka aku akan jawab: "Ya, itu benar!". Aku percaya itu karena dulu aku pernah mengalaminya. Ketika keluargaku dalam keadaan senang saudara-saudara kami mendekat, tapi ketika keluarga kami susah, saudara-saudara kami mulai menjauh. Mereka seperti memandang rendah kami. Sangat menyakitkan tapi sebenarnya itu manusiawi. Tapi tau ga apa yang melegakan dari itu semua?? Teman-teman dan sahabat-sahabat kami justru bertahan disamping kami, mendukung kami, dan membantu kami keluar dari masalah-masalah kami. oleh karena itu, aku dan kakakku berjanji kita ga akan seperti itu apapun alasannya dan bagaimanapun kondisinya. Kami bertekad untuk tetap saling menjaga sampai kapanpun, akan tetap saling mendukung satu sama lain. 
You know what??? Aku beruntung memiliki kakak dan sahabat-sahabat seperti mereka. Aku percaya mereka ga akan ninggalin aku sendirian dalam masalah-masalahku. Aku percaya bahwa persahabatan dan persaudaraan kami tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun.. 
Bagiku, persahabatan tidaklah memandang suka duka, bahagia susah, kaya miskin, tua muda. Sahabat itu harus saling membantu , saling mendukung dan memberikan semangat ketika sahabat lainnya mengalami kesusahan, selalu ada disamping sahabat lainnya dalam keadaan susah maupun duka.
So, jagalah sahabat dan saudaramu.. Sayangilah mereka seperti kamu menyayangi dirimu sendiri.. ^^

Senin, 25 April 2011

KONFUSIANISME KOREA

Konfusianisme Korea atau Yugyo adalah bentuk dari konfusianisme yang berkembang di Korea. Konfusianisme yang dibawa dari Tiongkok melalui proses pengimporan budaya telah mempengaruhi sejarah intelektual dan pemikiran tradisional orang Korea modern. Paham konfusianisme telah menjadi bagian kebudayaan fundamental, yaitu sebagai pembentuk sistem moral, pola kehidupan dan hubungan sosial antar-generasi serta dasar bagi banyak sistem legal dalam masyarakat Korea.

Konfusianisme pada periode Tiga Kerajaan

Paham dan kepercayaan yang pertama kali masuk ke Korea sebelum Konfusianisme adalah Budhhisme, yaitu pada zaman Tiga Kerajaan Korea (57 SM-935 M). Agama Buddha mempengaruhi sistem pendidikan, moral dan politik, dan pada saat yang sama Konfusianisme dipraktekkan oleh kalangan istana.
Kerajaan Goguryeo yang paling dekat lokasinya dengan Tiongkok, pertama kali mengadopsi Budaya Tiongkok dan Buddhisme. Konfusianisme pertama kali diterima di Goguryeo, lalu berturut-turut ke Baekje dan Silla kemungkinan sejak abad ke-4 Masehi, saat ketiga negara telah mencapai tingkat kematangan.
Walau begitu Goguryeo tetap memelihara adat istiadat dan tradisi aslinya. Di pihak lain, Baekje menerapkan paham konfusianisme secara penuh, yang membentuk sistem pemerintahan dan seni budayanya. Silla tercatat paling akhir menerima Konfusianisme untuk mengatur administrasi negaranya.

Konfusianisme pada zaman Dinasti Goryeo

Peristiwa-peristiwa penting

  • Raja Gwangjong (949 - 975) membuat sistem ujian negara (gwageo).
  • Raja Seongjang dari Goryeo (981–997) mendirikan gukjagam, yaitu perguruan tinggi yang memakai kurikulum Konfusius, contohnya seperti Perguruan Tinggi Sungkyunkwan. Ia juga membangun sebuah altar di istana sebagai penghormatan bagi leluhurnya.
Pada periode-periode akhir Goryeo, muncul 2 orang tokoh penting yang sering terlibat debat sengit tentang Buddhisme dan Konfusianisme, yaitu Biksu Gihwa (1376-1433) dan Jeong Do-jeon (1324-1398) yang menyaksikan masa transisi paham Buddhisme ke Neo-Konfusianisme di Korea.
Jeong menulis karya Bulssi Japbyeon (Tinjauan tentang Buddhisme) yang berisi kritikan mengenai aliran Seon (Zen) yang dibawa dari Tiongkok. Gihwa membalas dengan karya Hyeonjeongnon (Rincian yang tepat) yang berisi belaan secara halus terhadap Buddhisme, namun pada saat yang sama adalah pernyataan yang agresif serta keraguan tentang paham Neo-Konfusianisme antara ideal dan tindakan.

Neo-Konfusianisme di masa dinasti Joseon

Paham Konfusianisme di Joseon diterapkan sangat ketat dengan penggunaan ide dan ideal yang kentara; chung adalah kesetiaan; hyo: rasa persatuan; in: kebajikan dan sin adalah kepercayaan.
Sejak 1392, saat berdirinya Joseon, Konfusianisme dianut secara mendalam oleh kaum bangsawan (yangban) dan para pejabat. Masyarakat Korea sejak lama telah mudah untuk mengikuti ajaran kepercayaan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai penganut agama. Keluarga istana adalah penganut Konfusianisme, biksu di sisi Buddhisme yang semakin terdesak, dan rakyat yang mempraktekkan shamanisme.
Konfusianisme memainkan peran penting karena diterapkan secara luas pada bidang adminstrasi negara dan peraturan sosial, mengintegrasikan masyarakat yang berbudaya berdasar cara Tiongkok untuk meningkatkan transfer budaya dari negeri tersebut.
Sekolah-sekolah tinggi dibangun dengan dasar dan sistem kurikulum Konfusius, dengan tenaga ahli dan ilmuwan dari Tiongkok. Perpustakaan yang besar dibuat serta adanya dukungan terhadap perkembangan seni-budaya. Kurikulum Konfusius Korea untuk akademi berkembang pesat dengan 15 buah karya utama yang tercipta.
Pada abad ke-16, muncul 2 tokoh ilmuwan besar yang berpengaruh bagi perkembangan Konfusianisme, yakni Yi Hwang (1501-1570) dan Yi I (1536-1584). Kedua ahli ini sering disebut dengan nama pena Toegye dan Yulgok, yang saat ini terpampang di mata uang kertas W 1000 dan W 5000 Korea Selatan.
Lima adad lebih masa pemerintahannya, peristiwa-peristiwa penting Konfusianisme di Joseon adalah sebagai berikut:
  • Abad pertama (1390-an ― 1490-an) adalah era dimulainya penerapan sistem adminstrasi kenegaraan berdasarkan konfusianisme.
  • Abad kedua adalah masa keemasan para filsuf dan ilmuwan konfusius.
  • Abad ketiga adalah masa berkembangnya sistem patrilineal di masyarakat yang memberikan kekuasaan tertinggi bagi putra laki-laki tertua.
  • Abad keempat merupakan era mistisisme.
  • Abad kelima adalah saat Konfusianisme mengalami kemunduran akibat masuknya paham-paham baru dari barat.

Konfusianisme dan masyarakat kontemporer

Elemen-elemen Konfusianisme masih berpengaruh kuat dalam sistem hirarki, organisasi, dan administrasi hingga saat ini di Korea. Walau begitu, saat ini Konfusianisme tidak lagi dianggap perlu untuk dianut sebagai kepercayaan, karena semakin beragamnya kepercayaan masyarakat Korea. Seorang penganut Konfusianisme seringkali mempraktekkan kepercayaan lain seperti Tao, Buddhisme, shamanisme atau pun Kristen.
Orang Korea seringkali disebut sebagai penganut paham Konfusius yang lebih kuat dari orang Tionghoa sendiri. Mereka menyelenggarakan berbagai festival dan hari-hari penting berdasarkan cara Konfusius seperti ulang tahun, upacara akil balik, pernikahan, kematian, peringatan kematian dan sebagainya. Tradisi konfusianisme yang ketat mempengaruhi hubungan sosial antar individu di Korea sehingga formalisasi sangat diperlukan bagi interaksi individu yang umurnya berbeda jauh. Contohnya orang Korea jika bertemu tamu, pasti menanyakan usia untuk menciptakan formalisasi jikalau ia lebih tua atau lebih muda. Hubungan antar teman yang sama usia memungkinkan mereka untuk bersikap lebih longgar.
Upacara Konfusius terbesar di Korea diselenggarakan setiap tahunnya di bulan Mei yaitu Jongmyo Jerye atau Jongmyo Daeje untuk menghormati para raja/ratu Joseon terdahulu. Di acara ini diadakan upcara persembahan dan tari-tarian. Upacara ini berasal dari Tiongkok, sekarang hanya bisa disaksikan di Korea.

Seni dan budaya Konfusianisme

Berbagai bentuk kesenian dan budaya Korea saat ini dipengaruhi oleh pendalam Konfusianisme. Contohnya antara lain:
  • Seni kaligrafi
  • Sastra
  • Lukisan
  • Tarian, contohnya: Hanryangchum, Bongtaepyeong-ji-mu dan sebagainya.
  • Merangkai bunga
  • Seni membuat taman
  • Arsitektur, contoh kuil Jongmyo, Kuil Sajik, Kuil Munmyo dan sebagainya.
  • Upacara Teh, dan sebagainya

BUDDHISME KOREA



Buddhisme di Korea pertama kali diperkenalkan ke Korea dari Cina pada masa kerajaan Goguryeo di tahun 372. Setelah itu, pada tahun 384, seorang biksu dari India yang melewati Cina Selatan memperkenalkan agama Buddha ke kerajaan Baekje. Di kerajaan Silla, agama Buddha mulai diintroduksikan oleh seorang biksu Goguryeo pada tahun 527 dan mulai menyebar dengan pesat sehingga berbenturan dengan kepercayaan tradisional rakyatnya. Pada awal abad ke-6, Silla mulai mengadopsi Buddhisme sebagai agama negara berkat seorang martir bernama Yi Cha-don. Agama Buddha tidak hanya dianut oleh masyarakat banyak, namun raja dan bangsawan Silla serta Baekje menjadi pengikut Buddhisme.
Kebudayaan spiritual yang mereka kembangkan dengan Buddhisme telah membuat kebudayaan Tiga Kerajaan berkembang pesat. Terutama di Silla dan Baekje, agama Buddha menjadi fondasi spiritual sehingga banyak kuil dan pagoda yang dibangun. Seni Buddhisme pun berkembang pesat dan banyak patung Buddha yang dibuat. Dengan meningkatnya pengaruh Buddhisme, hubungan Korea dengan negara lain pun berkembang. Kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimpor dari Cina, India dan berbagai negara ikut memperkaya kebudayaan Korea. Pada masa Tiga Kerajaan, kebudayaan Korea mengalami kemajuan dalam bidang astronomi, matematika, pengobatan, arsitektur dan metalurgi.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 

SHAMANISME KOREA




 Persiapan upacara gut di Korean Folk Village.

Shamanisme Korea adalah kepercayaan asli rakyat Korea yang menggabungkan berbagai kepercayaan dan praktik yang dipengaruhi agama asli Korea, agama Buddha dan Taoisme. Dalam bahasa Korea, shamanisme disebut mu () dan sang pemraktik disebut mudang (무당, 巫堂). Tugas mudang biasanya dipegang oleh wanita yang melakukan kontak (menghubungkan) antara dewa dan manusia.
Shaman mengadakan gut atau upacara persembahan untuk melakukan penyembuhan, mendatangkan keberuntungan serta menjadi perantara antara dewa dengan cara kerasukan. Upacara gut juga diadakan untuk membimbing arwah orang yang sudah meninggal menuju surga.
Rakyat Korea seperti banyak bangsa di Asia Timur lain, menganggap agama secara elektis dibanding ekslusif (mudah untuk memeluk suatu agama). Pandangan religius mereka tidak tertanam pada satu agama saja, namun oleh berbagai kombinasi kepercayaan dan agama yang diimpor ke Korea. Walau banyak orang Korea yang memeluk agama tertentu seperti Buddha atau Kristen, banyak pula diantara mereka yang masih terikat dengan kepercayaan asli mereka.
Walaupun shamanisme Korea tidak lagi banyak pengikutnya seperti dahulu, praktik ini masih berlangsung di Korea. Di masa lalu ritual ini juga diadakan untuk meminta kelimpahan pertanian.
Shamanisme Korea dicirikan dengan pengadaan upacara gut yang beraneka ragam untuk melakukan kontak antara manusia dengan alam roh. Profesi shaman biasanya cukup dapat menghasilkan banyak uang di Korea. Tradisi Shaman Korea agak serupa dengan tradisi shaman dari suku-suku di Siberia, Mongolia dan Manchuria.
Kata "Shaman"
Kata shaman diambil dari bahasa Tungusik yang digunakan oleh suku bangsa Tungusik di wilayah Siberia dan Asia Tengah. Istilah shaman mulai dipakai secara luas sejak diterbitkannya karya Mircea Eliade yang berjudul "Shamanism; Archaic Techniques of Ectasy" (Shamanisme; Teknik Kuno Mencapai Ekstasi). Eliade menyebut shamanisme sebagai teknik ekstasi, tidak serupa dengan bentuk ilmu hitam, sihir atau bahkan pengalaman ekstasi keagamaan.
Asal usul
Lukisan seorang mudang yang sedang mengadakan gut dalam Munyeo sinmu, dilukis oleh Shin Yunbok di tahun1805 periode Dinasti Joseon.

Kepercayaan terhadap alam gaib adalah bentuk paling awal dari kehidupan spiritual masyarakat Korea, yang telah dipraktikkan sejak zaman prasejarah.
Shamanisme Korea berakar dari kebudayaan masyarakat pedalaman daratan yang telah berusia lebih dari 40 ribu tahun. Kata shaman disamakan dengan "dukun", "tabib", "psychopomp", mistik, dan puitis (Eliade, 1974). Apa yang membedakan shaman dengan para penyembuh atau pemimpin spiritual adalah kemampuannya untuk melakukan teknik trance (kerasukan). Pada saat tak sadarkan diri, jiwa si-shaman akan pergi dari tubuhnya dan menuju alam lain dengan panduan arwah. Ia dapat melakukan penyembuhan dalam banyak tingkatan; secara fisik, psikologi, dan spiritual. Dalam konsepnya, jiwa seseorang dianggap sebagai tempat tinggal nafas kehidupan dan raga. Setiap sakit fisik sudah pasti disebabkan sakitnya jiwa. Penyakit pikiran menyebabkan penderitaan diri, kekacauan dan ketidaksadaran diri.
Ada banyak sekali jumlah sembahan seperti dewata-dewata, roh-roh dan setan, mulai dari "jenderal dewa" yang menguasai alam lain di langit dan gunung (sanshin). Kepercayaan shamanisme juga meyakini roh-roh yang mendiami hutan, gua keramat, batu-batuan, rumah-rumah dan desa, juga hantu-hantu orang yang meninggal secara tidak wajar. Roh-roh ini dipercaya mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi atau memberi keberuntungan bagi manusia.
Ritual-ritual yang dilakukan telah mengalami banyak perubahan sejak zaman Silla dan Goryeo. Bahkan kepercayaan ini tak tergerus dalam masa Dinasti Joseon yang menerapkan Konfusianisme kuat.
Tempat di masyarakat
Banyak apara ahli lebih menganggap shamanisme Korea sebagai agama daripada obat dengan ikut campurnya macam-macam mahkluk gaib membantu manusia. Shaman dianggap orang orang yang berpengaruh dan banyak orang yang berkonsultasi dengannya untuk suatu keperluan. Biasanya shaman yang tergolong dalam kasta cheonmin atau kasta terendah sejak zaman Dinasti Joseon sampai sekarang masih mengalami diskriminasi.
Kepercayaan shamanisme masih kuat berpengaruh di desa-desa nelayan dan komunitas desa petani. Di kota-kota besar juga dapat ditemui praktik shaman.
Kebangkitan sebagai elemen budaya



 Jeomjip, (rumah tempat ramal yang dikelola oleh mudang)

Mulai awal tahun 1970-an, ritual-ritual shamanisme mulai menarik perhatian orang-orang asing, bahkan seorang manajer dari hotel beserta para eksekutifnya terlihat menonton ritual kerasukan mudang pada saat membuka cabang baru di Seoul.
Masa depan shamanisme sendiri mulai tidak menentu sejak tahun 1980-an. Masyarakat yang semakin modern akan lebih membutuhkan jasa psikiater atau dokter daripada berkonsultasi dengan dukun.
Pemerintahan modern menganggap shamanisme hanya sebagai takhayul dan menekan keberadaan serta praktiknya dalam kehidupan masyarakat Korea. Namun perubahan iklim nasionalisme dan kepercayaan diri akan budaya tradisional, maka tarian, lagu-lagu dan syair mantra yang dipentaskan di prosesi gut (upacara persembahan) telah dimasukkan sebagai aset budaya berharga yang patut dilestarikan.

Ritual tradisional tidak terpaku pada kalender Masehi, namun diadakan berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu dalam kalender lunar, misalnya pada acara kematian.
Ritual shaman daerah

Nama
Tujuan
Daerah
Hamgyeong-do Manmukgut
Diadakan 3 hari setelah kematian untuk membuka jalan ke alam baka.
Hamgyeong-do
Pyeongan-do Darigut
Diadakan untuk mempermudah arwah orang yang sudah meninggal pergi ke alam baka. Prosedurnya menyerupai prosedur agama Buddha.
Pyeongan-do
Hwanghae-do Naerimgut
Upacara inisiasi untuk menjadi mudang.
Hwanghae-do
Hwanghae-do Jinogwigut
Gut ini bertujuan untuk membukakan jalan ke surga bagi orang yang sudah meninggal dan melindunginya dari gangguan arwah-arwah jahat.
Hwanghae-do
Ongjin Baeyeonsingut
Upacara persembahan para nelayan kepada raja naga laut agar diberi tangkapan ikan melimpah dan kedamaian sepanjang tahun.
Hwanghae-do
Yangju Sonorigut
Ini adalah ritual pemujaan hewan ternak yang diadakan untuk meminta kelimpahan panen, keberhasilan dan kemakmuran masyarakat desa. Ini adalah salah satu gut yang paling unik dan menarik di Korea.
Yangju, Gyeonggi
Seoul Danggut
Ritual ini diadakan untuk meminta kedamaian dan kelimpahan panen.
Gunung Jeongbal, Dapsimni-dong, Sinnae-dong, Gunung Bonghwa, Seoul
Seoul Jinogwigut
Ritual ini diadakan untuk membukakan jalan ke surga untuk orang yang sudah meninggal setelah 49 hari kematiannya. Ini didasarkan pada kepercayaan Taoisme, yaitu setiap orang punya 7 buah jiwa, dimana setiap jiwa tersebut akan naik ke surga tiap 7 hari.
Seoul
Gyeonggi-do Dodanggut
Ritual ini dilakukan untuk mengusir setan dan arwah jahat dari desa. Juga memohon kemakmuran dan mengadakan sembahyang di kuil-kuil.
Daerah Dongmak, Jangmal di Bucheon, Gyeonggi
Gangneung Danogut
Upacara gut berskala besar yang mengikutsertakan puluhan mudang. Mereka berdoa kepada dewa gunung meminta perlindungan desa daripada hewan buas, juga kelimpahan panen dan tangkapan ikan. Upacara ini dimeriahkan dengan drama tari topeng dan permainan tradisional.
Gangneung, Gangwon-do
Eunsan Byeolsingut
Ritual penghormatan bagi arwah nenek moyang di kuil-kuil. Selain itu juga untuk memberi penghormatan kepada jasa Jendral Boksin dan Biksu Dochim dalam meindungi kedaulatan kerajaan Baekje. Salah satu bagian upacara dilakukan di depan tiang-tiang totem (jangseung) keramat.
Eunsan- i, Buyeo-gun, Chungcheong Selatan
Suyongpo Sumanggut
Gut ini diadakan untuk orang yang tenggelam di laut dan mengantarkan mereka ke alam baka.
Yeongil- gun, Gyeongsang
Gangsa-ri Beomgut
Gut ini diadakan di desa nelayan untuk meminta kedamaian dan tangkapan hasil laut yang melimpah.
Gangsa-ri, Yeongil-gun, Gyeongsang Utara
Geojedo Byeolsingut
Gut yang diadakan di desa-desa nelayan untuk meminta hasil tangkapan berlimpah dan kedamaian dalam masyarakat.
Geoje, Gyeongsang Selatan
Tongyeong Ogwisaenamgut
Gut untuk menolong jiwa orang yang tenggelam di laut dan mengantarkan mereka ke alam baka.
Tongyeong, Gyeongsang Selatan
Wido Ttibaegut
Gut untuk memohon keberuntungan dan kemakmuran bagi para nelayan.
Pulau Wido, Buan-gun, Jeolla Utara
Jindo Ssitgimgut
Gut untuk membersihkan jiwa orang yang meninggal, diadakan di hari peringatan kematian.
Pulau Jindo, Pulau Jangsando, Jeolla Selatan
Jejudo Singut
Gut untuk membantu mudang agar naik ke posisi keshamanan yang lebih tinggi. Ini juga termasuk ritual inisiasi dan mudang mengadakannya sebanyak 3 kali dalam hidupnya.
Jeju
Jejudo Yeongdeunggut
Gut ini diadakan untuk di bulan ke-2 kalender lunar untuk memohon kepada Yeongdeungsin (dewi laut) agar diberkati keselamatan dan kelimpahan tangkapan hasil laut.
Wilayah pesisir, juga di Jeju
Jejudo Muhongut
Gut untuk membersihkan jiwa seseorang yang tenggelam di laut dan mengantarkannya ke alam baka.
Jeju


Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 

Rabu, 20 April 2011

ANALISIS PUISI

우기

번번이 출구가 막힌다
푸른 하늘을 보여주다가도
게릴라처럼 폭우로 공격해오는

위에서 떨어지지만 그가 노리는 것은
리가 아니다
발과 정강이다

아예 가두자는 것이다, 축축한 방에
온갖 미생물이 번식하기에
최적의 상태로 만들자는 것이다

적당히 습하고 적당히 따뜻해지면
그리고 적당한 무기력이 스며들면
대기에 떠다니던
굶주린 잡균들이 달라붙는다
속에
교미를 하고 새끼를 낳고 싸움을 벌인다

그리하여
우기가 끝나면 사바나의 초원처럼
나는 사막이 되는 것이다



Musim Hujan

Jalan itu dapat tertutup kapanpun
mencoba memperlihatkan langit yang biru
namun hujan menderu bak gerilya

Jatuh di atas permukaan seperti mengincar sesuatu
bukan kepala
namun kaki dan tulang keringku

Berawal di sudut itu, di ruang lembab ini
setiap mikroorganisme membiak
menjadikan segalanya serasi

Walaupun lembab namun hangat
ketidakberdayaan menghujam
terombang-ambing dalam atmosfer
berbagai kuman yang lapar melekat
di dalam tubuhku
mereka bersetubuh, membiak, dan mulai menggerogotiku

Sehingga
jika musim hujan berakhir seperti padang rumput sabana
aku akan menjadi gurun pasir


Lapis Suara
·       Bait pertama
Asonansi   : ,=>출구 (baris1), 하늘을보여주다가(baris2)
Aliterasi     : => 늘을 (baris2), 릴라 폭우 (baris3)

·       Bait kedua
Asonansi   : => 에서 떨어지지 그가 (baris1)
Aliterasi     : =>그가 노리는 (baris1)

·       Bait ketiga
Asonansi   : ,=> 것이, 축축 (baris1), 온갖 생물 (baris2)
Aliterasi     : => 온갖 물이 하기에 (baris2)

·       Bait keempat
Asonansi   : ,, => 적당히 적당히 따뜻해지면(baris1), 굶주린 균들이 달라붙는 (baris4)
Aliterasi    : ,, => 적당 습하고 적당 따뜻해지면(baris1), 미를 싸움을 벌인다(baris6)

·       Bait kelima
Asonansi   : => 우기 사바나 (baris2), 사막 되는 것이 (baris3)
Aliterasi     : => 기가 나면(baris2)

Lapis Arti
          Dalam bait pertama, si aku merasa terjebak dalam sebuah tempat yang jalan keluarnya entah ada dimana. Walaupun langit terlihat biru tapi hujan yang turun terlalu deras (lebat) sehingga diibaratkan seperti perang gerilya.
Bait kedua menunjukkan ada suatu hal yang jatuh, entah benda atau peristiwa, lalu menimpa aku di bagian kakinya.
          Dalam bait ketiga, di ruangan itu, tempat dimana aku berada, banyak terdapat mikroorganisme yang berkembang biak. Serasi di dalam bait ketiga ini mengarah pada kehidupan mikroorganime yang berkembang biak dengan baik karena sesuai dengan ruangannya yang lembab.
          Bait keempat menunjukkan walaupun ruangan itu lembab, tapi si aku merasa ada kehangatan didalamnya. Kemudian si aku yang merasa tidak bersemangat terbawa oleh suasana di dalam ruangan itu. Kuman-kuman yang menempel di tubuhnya membiak dan bertambah lalu satu persatu mereka mulai menggangu si aku.
          Dalam bait kelima, bagi si aku, ketika musim hujan berakhir maka akan menjadi suatu padang rumput yang luas dan si aku berubah menjadi hampa (mati) seperti padang pasir.
          Sesungguhnya puisi ini hanya sebuah kiasan. Makna sebenarnya puisi ini, si aku adalah orang yang sedang menderita sebuah penyakit. Musim hujan diibaratkan sebagai kehidupan si aku, ketika “musim hujan” berakhir dia akan berubah menjadi “padang pasir” atau meninggal. Penyakit ini menyerang kakinya sehingga dia menjadi lumpuh dan membuat kehidupan si aku yang tadinya baik-baik saja berubah menjadi sangat sulit.

Lapis Ketiga
          Lapis ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Objek-objek yang ditemukan antara lain: 출구 jalan keluar, 푸른 하늘 langit biru, kepala, kaki, 정강이 tulang kering, 가두 sudut, 미생물 mikroorganisme, 잡균 kuman, 초원 padang rumput, 사막 gurun pasir. Pelaku atau tokoh : si aku. Latar waktu : ketika musim hujan.
          Dunia pengarang : ketka pengarang menulis puisi ini mungkin dia adalah orang yang lumpuh. Awalnya kehidupan baik-baik saja, seperti langit biru, hingga pada ahirnya dia menderita sebuah penyakit yang membuatnya merasa putus asa, tidak memiliki jalan keluar, dari masalahya ini. Pada bait kedua diutarakan penyakitnya ini menyerang bagian kaki dan tulang keringnya, bukan kepala atau bagian tubuh lain. Dan pada bait ketiga dan keempat disebutkan penyakitnya semakin bertambah parah bagaikan mikroorganisme atau kuman yang berkembangbiak dan lama-lama menggerogoti tubuhnya. Lalu pada bait kelima, si aku akan meninggal ketika penyakitnya semakin parah.

Lapis Keempat
          Dipandang dari sudut pandang tertentu, terlihat bahwa si aku ini sangat menderita bahkan putus asa karena penyakitnya, terlihat dari bait pertama si aku merasa sudah tidak ada jalan keluar agar dia sembuh dari penyakitnya ini. Pada bait kedua, menjelaskan bahwa penyakitnya menyerang bagian kaki. Sedangkan bait ketiga dan keempat menerangkan tentang pertumbuhan penyakitnya yang semakin lama semakin parah sehingga pada akhirnya dia akan meninggal ketika penyakitnya sudah menguasai tubuh dan kehidupannya, ini pada bait kelima.

Lapis Kelima
          Puisi ini menunjukkan sebuah siklus kehidupan yang berputar. Ada kalanya manusia hidup diatas namun ada kalanya manusia hidup di bawah. Kadang senang lalu sedih, kadang miskin lalu kaya, kadang sehat lalu sakit, kadang menderita lalu bahagia, itulah roda kehidupan manusia yang berputar. Pada intinya, manusia haruslah tetap bersyukur,berusaha, berdoa dan berserah diri pada Tuhan.