Minggu, 01 Mei 2011

Kaisar Nero


Pada Injil di Kitab Wahyu ada simbol angka 666. Simbol 666 itu adalah jelmaan kejahatan dan kekuatan setan. Yang ditulis Yohanes di pulau Patmos. Angka 666 diambil dari huruf-huruf Hibrani, dan dijejeri menurut nilai bilangan angka. Ketika dijumlah akan merujuk pada nama Kaisar Nero. Kaisar Nero sebagai setan (satan).
Segelintir orang percaya angka 666, baru akan datang dan sudah mulai datang. Ada yang menghubungkan promosi salah satu dengan angka 666. Isu yang lagi hangat-hangat dibicangkan saat ini tentang angka 666 perlu dikritisi. Jangan-jangan hanya perang harga antara operator seluler, atau sekedar perang marketing dengan menghubung-hubungkannya.
Dalam bahasa Hibrani, bahwa dengan nama binatang 666 merujuk pada Kaisar Nero yang dibaca NRWN QSR. Binatang jahat dengan label 666, dan Kaisar Nero pembinasa umat Kristen pada zaman Yohanes.
Didasari dari jumlah angka pada huruf-huruf Hibrani tersebut, maka, huruf N adalah 50, R sama dengan 200, sedangkan W dari angka 6, dan huruf N sama 50. Sedangkan QSR adalah Q sama dengan 100, S dari angka 60, dan R adalah 200. Jadi, jika digabungkan akan mencapai angka 666.
Kehidupan Kaisar Nero
Kaisar Nero, kaisar terakhir dari dinasti Julio-Claudian, adalah putra Cnaeus Domitius Ahenobarbus dan Agrippina,  putri Germanicus sekaligus adik Kaisar Caligula. Nero berambut pirang, dengan mata biru lemah, leher gemuk, perut pot dan tubuh yang berbau dan ditutupi dengan bintik-bintik. Dia biasanya muncul di depan publik dalam semacam gaun tidur tanpa sabuk, syal di lehernya dan tidak ada sepatu. Dalam karakter yang ia adalah campuran aneh paradoks; seni, olahraga, brutal, lemah, sensual, tidak menentu, mewah, sadis, biseksual - dan kemudian dalam kehidupan hampir pasti gila. Nero memang orang aneh. Mendandani kudanya dengan pakaian manusia. Suka berjalan-jalan keliling kota sambil bernyanyi dan menari sambil mabuk. Ia menonton setiap pertunjukan dengan memegang sebuah batu permata cekung dan berwarna di depan matanya. Para ahli sejarah memprediksi Kaisar Nero memang bermata minus. Sebenarnya bukan hanya itu, hatinya juga buta.
Ayah Nero meninggal karena edema (basal) pada tahun 39 AD ketika Lucius berusia tiga tahun. Ketika dilahirkan, Nero diberi nama Lucius Dominitus Ahenobarbus. Namanya dirubah menjadi Nero Klaudius Drusus Germanikus setelah ibunya menikah dengan Kaisar Claudius.  Nero diangkat sebagai pewaris tahta oleh Claudius.  Claudius meninggal karena diracuni oleh Agrippina dengan jamur beracun. Agrippina didukung oleh Praetoria Prefek, Sextus Afranius Burrus, dan ini berarti membersihkan jalan bagi Nero menjadi kaisar. Karena Nero belum tujuh belas tahun, Agrippina yang lebih muda pertama bertindak sebagai bupati. 
Nero berusaha untuk tidak berbagi kekuasaan dengan siapa pun, termasuk ibunya. Agrippina dipindahkan ke tempat tinggal terpisah, jauh dari istana kekaisaran dan dari tuas kekuasaan. Agrippina merasa terancam kemudian dia mulai mendorong Britanicus, saudara tiri Nero, untuk menjadi kaisar. Agrippina berharap bahwa dengan dukungan itu, Britanicus, anak kandung Claudius, akan terlihat sebagai pewaris takhta sejati. Ketika di sebuah perjamuan pesta makan malam di istana, Britanicus meninggal keracunan. Nero menyatakan bahwa Britanicus meninggal karena serangan epilepsi, tetapi sejarawan kuno semua klaim kematian Britanicus karena diracuni oleh Nero. Dia meminta bantuan Locusta, seorang wanita yang mengkhususkan diri dalam pembuatan racun. Dia merancang campuran untuk membunuh Britanicus. Locusta kemudian merancang sebuah ramuan baru bahwa dia berjanji akan "membunuh lebih cepat daripada sebuah ular berbisa."janji-nya terpenuhi setelah Britanicus dikonsumsi itu di sebuah pesta makan malam dan meninggal dalam beberapa menit. Nero berusaha membunuh ibunya dengan mencoba menenggelamkan kapal ibunya, tapi di berhasil selamat dengan berenang ke tepi pantai. Kesal karena rencananya telah gagal, Nero mengirimkan beberapa tentara untuk menyelesaikan pekerjaan. Dia memfitnah ibunya dengan mengatakan bahwa ibunya telah mencoba membunuhnya melalui seorang kurir.
Nero menikahi saudara tirinya, Claudia Octavia. Nero dilaporkan tidak puas dengan pernikahannya dengan Octavia dan mengadakan hubungan dengan Claudia Acte, seorang bekas budak. Setelah ibunya meninggal, dia membuang Octavia jauh dari kediaman kekaisaran dan 12 hari kemudian Nero menikah dengan Poppaea Sabina, gundiknya. Beberapa waktu kemudian ia memerintahkan Oktavia untuk bunuh diri di pengasingan. 
Untuk Menghormati Isteri barunya ,ia mendirikan Istana dari Emas yang megah - salah satu keajaiban dari Kemaharajaan. Bagian-bagian istana dilapisi dengan emas dan permata. Dari keran bak mandi selalu dapat diperoleh air laut atau air yang mengandung belerang.Setelah Istananya selesai dihiasi secara mewah, Nero meresmikannya dengan nada merendahkan diri - ia berkata "Nah, sekarang aku dapat mulai hidup sebagai seorang manusia!"
Didalam Istananya ia memuaskan diri dengan segala macam kekotoran, dan ia tidak berusaha merahasiakanya. berbagai tindakan Asusila terjadi. sampai -sampai tersedia ruang muntah dimana para tamu bisa memuntahkan isi perutnya , lalu kembali mengisi di meja makan lagi.
Nero menyukai pacuan kuda, mereka yang berlomba dengan dia mengetahui bahwa sebaiknya mereka kalah! suatu malam ketika pulang larut dari pacuan kuda, Pompaea menegur dia secara halus, Nero naik pitam lalu menendang perutnya yg sedang mengandung- Seketika itu juga Pompaea meninggal. Dengan sanga menyesal Nero memerintahkan suatu pemakaman kenegaraan dan mendirikan kuil untuk menghormatinya. Namun Nero terlalu cepat melupakan Pompaea, setelah menemukan seorang pemuda Sporus yang mirip dengan Pompaea , Nero menitahkan mengebiri dia dan mengawini dia dalam upacara pernikahan resmi. Sehubungan dengan keadaan itu seorang bijaksana menyatakan "Alangkah baiknya apabila ayah nero mempunyai istri semacam itu; maka tentu tidak akan ada orang seperti Nero di dunia ini!"
Kebakaran di Roma
Pada bulan Juli tahun 64, setelah Nero kira-kira memerintah 10 tahun, terjadi kebakaran besar di Roma. kebakaran itu berlangsung selama 9 hari dan para pencuri sibuk merampok , membunuh dan merusak. Kemudian di suatu malam yang panas dan pengap Nero memegang sebuah lyre (sejenis harpa), dan ketika orang-orang mengawasi dengan tidak bersuara sedikitpun ,ia mulai menyanyi tentang perampokan kota Troya diiringi dengan alat petiknya itu.  Nero sendirilah yang melakukan pembakaran itu. Walaupun ia adalah manusia yang luar biasa brutal, namun ia adalah seorang arsitek yang ulung. Ia dengan dinginnya membakar kota Roma karena ingin membangun kota Roma yang baru dan lebih megah. Penduduk Roma ketika itu memang mencurigainya, dan para sejarawan yakin pada teori bahwa dialah dalang pembakaran itu. Untuk mengalihkan kecurigaan penduduk terhadap dirinya, ia menuduh orang-orang Kristen sebagai pembakar kota Roma.
Alkitab tidak menyebutkan sama sekali tentang penganiayaan orang Kristen oleh Nero ini, walaupun itu terjadi pada masa yang sama, dan merupakan latar belakang langsung dari paling tidak dua Kitab dalam Perjanjian Baru, 1 Petrus dan 2 Timotius. Penganiayaan ini pulalah yang membawa kematian martir Paulus dan, yang dipercaya banyak kalangan, kematian Petrus juga. Sumber sejarah yang menguatkan ini adalah tulisan sejarawan Romawi, Tacitus. Tacitus menulis bahwa orang Kristen bukanlah pembakar kota Roma, tetapi harus ada yang menjadi kambing hitam bagi kejahatan yang dilakukan sang Kaisar. Dan orang-orang Kristen di masa itu adalah sebuah komunitas rohani yang baru dan rendah hati, yang anggotanya sebagian besar adalah orang kebanyakan, tanpa prestise ataupun pengaruh, bahkan banyak di antaranya adalah budak-budak. Merekalah yang dituduh Nero sebagai penjahatnya, dan menitahkan penumpasannya.
Di dalam kota Roma dan di sekitarnya, banyak sekali orang Kristen ditangkap dan dibunuh dengan cara yang paling kejam. Mereka disalibkan, atau diikat dengan kulit binatang dan dilemparkan ke arena untuk dicabik-cabik oleh anjing-anjing, sebagai hiburan bagi para penonton. Mereka dilemparkan ke kandang binatang buas, atau diikat di tiang-tiang di dalam Taman milik Nero, kemudian tubuh mereka dilumuri ter dan dibakar. Tubuh yang terbakar itu menjadi lampu penerang bagi Taman itu di malam hari, dan Nero biasanya berkeliling taman sambil menaiki keretanya dengan telanjang bulat, menikmati derita para korbannya yang sedang sekarat itu dengan senyum yang dingin.
Setelah puing-puing dibersihkan , Nero membangun Roma kembali dengan sangat megah, jalan diperlebar , kota dipercantik sedemikian rupa, para penduduk kembali ke rumah-rumahnya tanpa harus membayar biaya bangunan baru. Sangking megahnya hasil pekerjaan ini sampai-sampai para pengagum ingin mengubah nama kota itu menjadi Nero.

Tiap Hari kemasyuran Nero meningkat. Senat bahkan menyarankan untuk memulai tahun baru dengan bulan Desember , bulan kelahirannya, namun ketika ia menolak penghormatan itu, kepopulerannya melonjak lebih tinggi lagi, banyak cerita menyanjung namanya, sampai- sampai ada yang menyatakan dia menghapus pajak tidak langsung dari seluruh Kemaharajaan.

Kejatuhannya
Namun tidak lama kemudian Nero diperhadapkan kepada suatu kesulitan lain. Selama musim dingin tahun 65 dan musim semi tahun 66, Roma dilanda penyakit pes berjangkit. Banyak orang menyalahkan Nero dengan menyatakan bahwa dia telah menyinggung perasaan para Dewa (perlu diketahui bahwa Nero adalah seorang Atheis). Nero menjadi peka terhadap keritik dan ketenaranya jatuh. Banyak pembunuhan diperintahkannya akibat kritikan- kritikan yang dilontarkan.
Sementara itu hubungan Nero dengan senat memburuk tajam, sebagian besar disebabkan oleh eksekusi tersangka melalui Tigellinus dan hukum menghidupkan kembali Nya pengkhianatan. Kemudian pada tahun AD 65 ada plot serius terhadap Nero. Dikenal sebagai 'Conspiracy Pisonian' itu dipimpin oleh Gayus Calpurnius Piso. plot itu ditemukan dan sembilan belas eksekusi dan bunuh diri menyusul, dan tiga belas banishments. Piso dan Seneca di antara mereka yang meninggal. Orang-orang yang dicurigai dan tidka disukai oleh Nero dikirimi surat perintah bunuh diri. Akhirnya, Nero melarikan diri dari Roma. Senat mengutuk kaisar akan dicambuk sampai mati. Dalam keadaan terpojok Nero merangkak kedalam sebuah ruang bawah tanah, dalam keadaan gemetar ketakutan ia memilih untuk bunuh diri. Kata-kata terakhirnya adalah, "Qualis pereo artifex." ("Apakah seorang seniman dunia kehilangan dalam diriku."). Ia berusia 31 tahun dan telah memerintah selama 14 tahun. Dan sangat kebetulan ia meninggal pada tanggal 9 Juni, hari peringatan dimana ia memaksa Oktavia, isteri pertamanya; untuk bunuh diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar